Minggu, 16 Desember 2012

MENGKOMUNIKASIKAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY UNTUK MENINGKATKAN CITRA PERUSAHAAN


Abstract: 
Any business corporation should have a keen observation in selecting the
right media  to publish its CSR programs. The right choice of media can
draw more public attention and secure the corporate image if the CSR
programs have been materialized in a persistent and well-organized way
with measurable achievements. There is a responsibility for any business
corporation to inform the public as objectively as possible about its CSR
programs.
Keywords: Corporate social responsibility, corporate image.
Pendahuluan
rogram tanggung jawab sosial perusahaan atau  corporate sosial
responsibility (CSR) pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada
tahun 1953. Setelah itu, CSR mengalami pengembangan konsep secara
terus-menerus.
Bila awalnya kegiatan CSR lebih banyak dilandasi oleh kegiatan yang
bersifat filantropi, sekarang program ini dijadikan sebagai salah satu strategi oleh
perusahaan untuk meningkatkan citranya. Hal tersebut, tentu saja, turut
mempengaruhi kinerja perusahaan.
Meningkatnya citra perusahaan akan memiliki implikasi yang strategis bagi
perusahaan itu sendiri karena reputasi yang baik merupakan salah satu
keunggulan kompetitif. Reputasi merupakan akumulasi dari  corporate image, baik
antar stakeholders maupun lintas waktu (over the time).
Perusahaan memiliki  stakeholder, seperti pemegang saham, karyawan,
pelanggan, serta komunitas yang acapkali dikelompokkan sebagai primary groups.
Sedangkan media, pemerintah, dan pemasok termasuk dalam  secondary groups
(AB. Susanto, 2009, hlm. 25). Kegiatan CSR yang dilakukan oleh korporat secara
terus-menerus dan berkesinambungan merupakan salah satu cara untuk mencegah
krisis, yaitu dengan peningkatan reputasi dan imej.
CSR bukan program yang dilakukan secara periodik, mengikuti tren, atau
tanpa rencana. Program ini dapat membantu mencegah krisis dalam perusahaan
apabila dilakukan secara  sustainable dan menciptakan  long-term relationship
dengan komunitas (Reza Rahman, 2009, hlm. 33).
Kesuksesan program CSR sangat ditentukan oleh pemilihan isu yang tepat.
Pemilihan tersebut biasanya mempertimbangkan sejumlah data yang diperoleh dari
56 ISSN : 2085 1979                                                                                            
lapangan, atau mengambil isu yang sedang hangat dibicarakan. Isu program CSR
yang dipilih harus memberi posisi yang baik bagi suatu organisasi dan memperkuat
reputasi organisasi itu sendiri. Supaya terlihat menarik isu CSR harus dikemas
dengan menggunakan kalimat-kalimat yang tidak baku, diikuti oleh bahasa yang
juga tidak kaku, serta mudah diingat.
Program CSR yang menarik perlu dikomunikasikan kepada  stakeholdernya. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mengkomunikasikan program
ini supaya dapat meningkatkan reputasi perusahaan?
Dalam hal ini, organisasi atau perusahaan harus menentukan metode
komunikasi yang akan digunakan, media yang dipakai atau penggabungan
keduanya, serta mengundang media untuk membantu mengkomunikasikan
program yang dibuat perusahaan tersebut kepada seluruh stakeholder-nya.
Intensitas liputan media dibutuhkan untuk mengetahui frekuensi liputan
dan ragam ulasan media tentang program CSR. Tolak-ukur keberhasilan aktivitas
program tersebut dapat dilihat dari banyaknya liputan media lokal maupun nasional
tentang aktivitas CSR. Sedangkan, intensitas komunikasi dengan masyarakat lokal
dapat diukur dengan indikator berupa kuantitas komunikasi perusahaan dengan
masyarakat lokal dan kualitas komunikasi perusahaan dengan masyarakat lokal
dengan tolak-ukur keberhasilan berupa model komunikasi yang akan digunakan
dan dukungan ketersediaan saluran akan media komunikasi.
Terkait dengan pelaksanaan CSR, aktivitas pengkomunikasian CSR
merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada seluruh  stakeholders
untuk menyampaikan ide, saran yang membangun, bahkan bentuk kritik, serta
respon yang adaptif. Adanya aktivitas komunikasi CSR dapat mendorong
perusahaan lain untuk melakukan kegiatan CSR  dalam rangka peningkatan citra
perusahaan di mata stakeholders.
Reza Rahman (2009, hlm. 33) mengemukakan, kegiatan CSR yang
dilakukan korporat secara kontinyu dan terus-menerus, merupakan salah satu cara
untuk mencegah krisis melalui peningkatan reputasi dan imej korporat. Hanya
perlu diingat bahwa CSR bukanlah program yang dilakukan secara periodik,
mengikuti tren, atau tanpa rencana. CSR dapat mencegah krisis bila dilakukan
secara berkelanjutan dan dalam rangka menciptakan  long-term relationship
dengan komunitas.
Arti Penting CSR Bagi Pembentukan Citra Perusahaan
          Philip kotler, dalam buku CSR Doing the Most Good for Your Company
and Your Cause, membeberkan beberapa alasan tentang perlunya perusahaan
menggelar aktivitas CSR. Dalam buku tersebut dikatakan, CSR bisa membangun
positioning merek, mendongkrak penjualan, memperluas pangsa pasar,
meningkatkan loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional, serta
meningkatkan daya tarik korporat di mata investor. Konsep dasar CSR pada
awalnya dilatarbelakangi oleh motivasi korporasi yang sifatnya karitatif
(philantrophy/charity).
Pelaksanaan CSR yang paling umum adalah pemberian bantuan
(donasi/charity) kepada masyarakat miskin di sekitar korporasi tersebut beroperasi.
Konsep charity tersebut hanya parsial dan tidak melembaga. CSR pada tataran ini Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun III/01/2011
ISSN : 2085 1979                                                                                                   57
hanya bentuk kegiatan korporasi untuk berbuat baik (do good) dan atau agar
terlihat baik (good image) (Edi Suharto dalam DR. Mukti Fajar ND., 2010, hlm. 6).
Bentuk program CSR memiliki dua orientasi. Pertama: internal, yakni CSR
yang berbentuk tindakan atas program yang diberikan terhadap komunitas. Kedua:
eksternal, yakni CSR yang mengarah pada tipe ideal yang berupa nilai dalam
korporat yang dipakai untuk menerapkan atau mewujudkan tindakan-tindakan
yang sesuai keadaan sosial terhadap komunitas sekitarnya (Budimanta,
Prasetio&Rudito, dalam Reza Rahman, 2004, hlm. 77).
          Menurut Reza Rahman (2009, hlm. 13), di Indonesia, CSR gencar
dikampanyekan oleh  Indonesia Business Link (IBL). Terdapat lima pilar aktivitas
CSR, yaitu:
1. Building human capital
Berkaitan dengan internal perusahaan untuk menciptakan sumber daya manusia
yang andal. Di sisi lain, perusahaan juga dituntut melakukan pemberdayaan
masyarakat.
2. Strengtening economies
Perusahaan harus memberdayakan ekonomi masyarakat sekitarnya agar terjadi
pemerataan kesejahteraan masyarakat.
3. Assesing social chesion
Upaya menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitar agar tidak
menimbulkan konflik.
4. Encouraging good governance
Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya mengacu pada  Good Corporate
Governence (GCG).
5. Protecting the environment
Mengharuskan perusahaan untuk menjaga lingkungan sekitarnya.
(Wahyudi&Azheri, dalam Reza Rahman, 2008, hlm. 37).
Majalah Marketing edisi 11/VII/November 2007 mengulas tentang “Brand
Social Responsibility”, dan “Kerja Sosial Sambil  Membangun Merek”. CSR seolah
menjadi kewajiban korporasi atau  holding company semata. Padahal, CSR
seharusnya dijalankan oleh setiap organisasi yang mengelola merek di dalam
perusahaan tersebut. Banyak pula perusahaan yang menjalankan CSR, namun
melupakan pengelolaan citra merek perusahaan, sehingga tidak memiliki dampak
bagi perusahaan.
Konsep  Brand Social Responsibility (BSR) mungkin lebih menarik untuk
dijalankan. Fenomena yang umum terjadi dalam pelaksanaan CSR adalah
memberikan bantuan sosial secara langsung maupun tidak langsung guna
membantu perbaikan kesejahteraan masyarakat, baik eksternalitas negatif yang
ditimbulkan sendiri maupun yang bertujuan sebagai sumbangan sosial semata.
Pengamatan juga menunjukkan, CSR adalah konsep yang mendorong organisasi
untuk memiliki tanggung jawab sosial yang seimbang kepada pelanggan,
karyawan, masyarakat, lingkungan, dan seluruh stakeholder.                             
CSR tanpa inovasi dan kolaborasi dengan  stakeholder akan menghasilkan
program “basa-basi”, sedangkan program CSR yang efektif dan terdiferensiasi akan
memunculkan sebuah inovasi. CSR dapat diartikan sebagai sebuah komitmen
dalam menjalankan bisnis dengan memperhatikan aspek sosial, norma-norma, dan
etika yang berlaku, bukan saja pada lingkungan sekitar, tetapi juga pada lingkup
internal dan eksternal yang lebih luas. Dalam jangka panjang, CSR memiliki
kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Perkembangan CSR untuk konteks Indonesia, terutama yang berkaitan
dengan pelaksanaan untuk kategori discresi-onary responsibility, dapat dilihat dari
dua perspektif yang berbeda. Pertama, pelaksanaan CSR memang merupakan
praktek bisnis secara sukarela (discretionary business practice). Artinya,
pelaksanaan CSR lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan dan bukan
merupakan aktivitas yang dituntut untuk dilakukan perusahaan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Kedua, pelaksanaan CSR bukan
lagi merupakan  discretionary business practice, karena pelaksanaannya sudah
diatur oleh undang-undang  (bersifat mandatory). Sebagai contoh, badan usaha
milik negara (BUMN) memilki kewajiban untuk menyisihkan sebagian laba yang
diperoleh perusahaan untuk menunjang kegiatan sosial, seperti pemberian modal
bergulir untuk usaha kecil dan menengah (UKM). Demikian halnya, bagi
perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang sumber daya alam atau
berkaitan dengan sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan CSR,
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2007 tentang perseroan terbatas pasal 74. (Ismail Solihin, hlm. 161).
Manfaat dan Tujuan CSR
           CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan menjadi bagian yang penting
dari kegiatan organisasi. CSR didasarkan pada konsep bahwa bisnis bersifat
accountable atau dapat dipertanggungjawabkan kepada banyak pihak atau
pemangku kepentingan. Manfaat dan tujuan CSR dapat dirasakan bagi perusahaan,
karyawan, masyarakat, lingkungan, serta bagi khalayak.
Menurut Eva Zhoriva Yusuf dan Lesley Williams (2007, p. 242), CSR dapat
membantu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, menurunkan biaya
operasinya, meningkatkan citra merek dan reputasinya, meningkatkan penjualan
dan loyalitas pelanggan, menghasilkan produktivitas dan kualitas produk yang lebih
tinggi, menarik dan mempertahankan karyawan, mengakses modal, membantu
memastikan keselamatan produk, serta menurunkan kewajiban legal suatu
organisasi. CSR juga memberikan manfaat kepada masyarakat dan khalayak.
Misalnya, dana, pekerja atau pelatih sukarela, keterlibatan atau dukungan
perusahaan bagi pendidikan masyarakat, program ketenagakerjaan, dan programprogram serupa lainnya, juga memberikan produk yang aman dan berkualitas. CSR
juga memberi manfaat lingkungan. Manfaat ini biasanya meliputi daur ulang materi
yang lebih besar, ketahanan, dan fungsionalitas produk yang lebih baik, lebih
banyak penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, pemanfaatan
perangkat manajemen lingkungan dalam perencanaan bisnis, termasuk standar
eko-labeling dan manajemen lingkungan.
Selanjutnya,  A.B. Susanto mengemukakan dari sisi perusahaan, terdapat
berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR. Pertama, mengurangi Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun III/01/2011
ISSN : 2085 1979                                                                                                   59
risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan.
Kedua, CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan
meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Ketiga, keterlibatan
dan kebanggaan karyawan. Keempat, CSR yang dilaksanakan secara konsisten
akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan
stakeholder-nya. Kelima, meningkatnya penjualan seperti yang terungkap dalam
riset  Roper Search Worldwide, yaitu bahwa konsumen akan lebih menyukai
produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan
tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik. Dan keenam,
insentif-insentif lainnya, seperti insentif pajak, dan berbagai perusahaan akan lebih
giat lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya.
Dari tujuan dan manfaat pelaksanaan CSR, dapat dikemukakan bahwa CSR
memberikan kontribusi kepada masyarakat berdasarkan kemampuan internal
perusahaan. CSR akan menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam usaha penciptaan
kesejahteraan oleh korporat, yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan dan
memperkuat nilai korporat di mata komunitas.
Namun Philip Kotler, dalam bukunya yang berjudul Doing the Most Good
for Your Company and Your Cause, membeberkan beberapa alasan tentang
perlunya perusahaan menggelar aktivitas CSR. Disebutkannya, CSR bisa
membangun  positioning merek, mendongkrak penjualan, memperluas pangsa
pasar, meningkatkan loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional, serta
meningkatkan daya tarik korporat di mata investor.
Godo Tjahyono, dalam Majalah  Marketing edisi 11/VII/November/2007,
hlm. 39 mengatakan, CSR memang punya beberapa manfaat yang bisa
dikategorikan dalam empat aspek, yaitu license to operate, sumber daya manusia,
retensi, dan produktivitas karyawan.
Mengkomunikasikan Program CSR Untuk Meningkatkan Citra
Perusahaan
Kesuksesan program CSR amat ditentukan oleh pemilihan isu yang tepat
dalam fokus kegiatannya. Pemilihan isu tersebut perlu mempertimbangkan
sejumlah data lapangan, atau mengambil isu yang sedang hangat dibicarakan,
kemudian menyesuaikannya dengan kebutuhan stakeholder. Dengan demikian, isu
program CSR yang dipilih harus mendukung dan memberikan posisi yang baik bagi
perusahaan.
Pemilihan isu CSR yang menarik dan mengandung isu yang sedang hangat
dibicarakan akan dapat mengundang media untuk membantu mengkomunikasikan
program CSR kepada seluruh  stakeholders. Setelah  perusahaan merealisasikan
aktivitas kegiatan CSR, pada tahapan berikutnya, perusahaan mengkomunikasikan
program CSR. Tujuan dari dari aktivitas komunikasi adalah sebagai bentuk
pertanggungjawaban perusahaan kepada seluruh  stakeholders yang berhubungan
dengan aktivitas CSR yang dilakukan. Hal seperti ini juga dapat mendorong
perusahaan lain untuk melakukan aktivitas CSR.
Dampak dari efek ini tidak hanya kepada perusahaan saja, tetapi kegiatan
tersebut merupakan program kampanye yang ditujukan bagi kalangan  bisnis dan
masyarakat. Sebelum mengkomunikasikan program CSR, sebaiknya perusahaan
memahami tentang model komunikasi seperti apa yang dilakukan oleh perusahaan. 
Mekanisme pemilihan model komunikasi tertuju kepada sebuah alur proses
penyampaian pesan dari  komunikator sebagai sumber pesan kepada komunikan
yang menjadi sang penerima pesan. Komunikator sebagai sumber pesan dapat
berupa individu maupun lembaga atau organisasi tertentu. Bentuk komunikator ini
disesuaikan dengan tingkat komunikasi yang terjadi. Dalam mengkomunikasikan
program CSR, perusahaan perlu mempertimbangkan pemilihan media komunikasi
yang akan digunakan.
Sebelum memilih media yang relevan,terdapat beberapa hal yang harus
dipertimbangkan (Reza Rahman, hlm. 74), antara lain:
1. Karakteristik stakeholders yang akan menjadi target komunikasi.
Dengan kata lain, pemilihan media tidak dapat dipisahkan dengan identifikasi
komunikan. Dengan mempertimbangkan karakteristik komunikan, dapat
dirumuskan pesan dan jenis media yang paling menyentuh komunikan.
2. Pemilihan media berdasarkan karakter dan kredibilitasnya.
Setiap media memiliki segmentasi dan target pasar yang berbeda. Selain itu,
media juga memiliki ideologi yang akan berpengaruh pada sejumlah kebijakan
produknya. Kredibilitas media juga berkaitan dengan seberapa sering ia
dikonsumsi oleh khalayak. Tentunya, untuk mengidentifikasikan media perlu
dilakukan penelitian yang representatif.
3. Manajemen waktu penyampaian pesan kepada komunikan.
Hal ini berkaitan dengan pemilihan momen yang tepat untuk  mengirimkan
pesan kepada komunikan. Momen yang tepat akan membuat komunikasi CSR
lebih “bergaung”.
4. Banyaknya anggaran komunikasi yang tersedia.
Bagian ini akan berpengaruh pada jenis media yang dipilih sebagai saluran
komunikasi. Semakin luas jangkauan media tersebut, kemungkinan khalayak
yang mengkonsumsinya akan semakin besar. Implikasinya, pembelian space di
media ini pun akan semakin mahal.
Kekuatan dan kelemahan berbagai media komunikasi dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Televisi
Kekuatan: memiliki visualisasi yang baik untuk menampilkan bentuk fisik  dari
sebuah produk  dan aktivitas. Televisi memilki daya jangkau yang luas sehingga
mampu menyampaikan pesan dalam waktu yang cepat kepada khalayak,
memiliki efek suara, penglihatan, dan gerak, serta penggemar yang berjumlah
besar sehingga dapat mempermudah penetrasi kegiatan CSR kepada
masyarakat luas.
Kelemahan: televisi  merupakan media komunikasi yang mahal.  Bila kegiatan
komunikasi CSR ditayangkan menggunakan televisi maka perusahaan harus
menganggarkan biaya yang cukup besar, adanya durasi dalam penayangan
pesan mengakibatkan pembatasan kuantitas jumlah pesan yang akan Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun III/01/2011
ISSN : 2085 1979                                                                                                   61
ditayangkan, penonton televisi datang dari berbagai kalangan sehingga pesan
atau isu CSR yang akan disampaikan tidak mengena kepada segmen sasaran.
2. Radio
Kekuatan: pesan yang disampaikan melalui media ini dapat berbentuk ulasan.
Pendengar dapat berimajinasi melalui suara dan biaya sewa space relatif murah
dibanding televisi. Selain itu, radio dapat menjangkau daerah terpencil.
Kelemahan: jangkauan siaran radio yang kadang terbatas dapat berpengaruh
terhadap kurang efektifnya penyampaian kegiatan CSR karena perusahaan
menghendaki kegiatan CSR-nya dikomunikasikan secara besar-besaran agar
populer.
3. Suratkabar
Kekuatan: dapat dibaca dimana saja, biaya relatif rendah, dan penyampaian
pesan yang lebih terperinci dibandingkan media elektronik. Adanya berbagai
koran lokal dapat dijadikan alternatif untuk mengkomunikasikan kegiatan CSR,
bila tujuannya membangkitkan semangat lokal.
Kelemahan: adanya isu CSR yang berwarna untuk pemasangan iklan
menyebabkan tampilan pesan kurang optimal. Hal ini dapat terjadi karena
kualitas kertas yang kurang baik, juga adanya kecenderungan suratkabar itu
akan langsung dibuang setelah selesai dibaca, serta kualitas visual yang
tergantung pada kualitas cetakan.
4. Majalah
Kekuatan: siklus hidup pesan umurnya relatif panjang. Majalah memiliki
khalayak yang lebih spesifik, jenis kertas yang digunakan lebih bermutu
sehingga kualitas hasil tampilan lebih baik  dan menarik, apalagi bila banyak
memuat tampilan gambar, majalah memiliki khalayak yang lebih spesifik.
Kelemahan: majalah merupakan media yang terbatas jumlah peredarannya.
Penyampaian pesan melalui majalah tidak dapat disampaikan dengan segera. Di
samping itu, kebanyakan majalah hanya dibeli bila ada berita yang cukup
menarik.
5. Internet
Kekuatan: internet memiliki waktu tayang 24 jam. Internet bagi pengguna
utama merupakan media yang simpel untuk mengirimkan pesan. Kandungan
pesan dalam internet dapat  diperbarui setiap saat sehingga komunikator pun
dapat memperbarui pesan-pesan CSR-nya setiap saat. Lalu faktor lainnya,
mudah dan praktis.
Kelemahan: bagi sebagian masyarakat, kepemilikan komputer atau laptop, dan
sejenisnya masih merupakan barang mewah. Masih rendahnya penetrasi
internet menyebabkan masih sedikitnya kelompok masyarakat yang dapat
menerima pesan.                                                                                       
Setelah mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan masing-masing
media komunikasi, perusahaan dapat memilih satu atau kombinasi media
komunikasi yang cocok untuk mengkomunikasikan kegiatan CSR nya, seperti
termuat dalam majalah  Marketing edisi 11/VII/November/2007 yang mengulas
tentang topik: “Dari CSR Ke Brand Social Responsibility”. Dalam edisi tersebut,
dimuat ulasan tentang PT. Unilever Indonesia sebagai perusahaan consumer goods
terbesar yang mengintegrasikan CSR ke dalam seluruh kegiatan bisnis perusahaan.
Selain majalah tersebut di atas, Kompas sebagai media komunikasi juga
pernah memuat tulisan tentang kegiatan CSR yang dilakukan oleh Panasonic Gobel
dengan topik “Menggalang Aksi Di Semua Lini”. Dengan lini berita utama adalah
tentang program-program pemberdayaan melalui CSR yang mutlak dibutuhkan di
hampir setiap bidang, seperti kesehatan, lingkungan, hingga pendidikan.
Di akhir ulasan dituliskan, perusahaan berkomitmen untuk meningkatkan
kontribusinya kepada masyarakat indonesia melalui industri. Produk yang inovatif
dan ramah lingkungan adalah ide utama Panasonic dalam menyediakan produk
elektronik di Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi 100 tahun Panasonic
Corporation di tahun 2018 untuk menjadi perusahaan elektronik terdepan dengan
teknologi inovasi yang ramah lingkungan (Kompas, 25 agustus 2010).
Berkaitan dengan komunikasi CSR yang dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan citra, perusahaan harus memilih isu-isu CSR yang menarik dan
mampu memperkuat reputasinya.  Isu yang menarik ini dapat diperoleh dari
komunikasi yang memang didesain secara terencana oleh perusahaan, dan
dikemas secara menarik untuk meningkatkan citra perusahaan. Salah satu kegiatan
CSR yang menarik, misalnya, berawal dari aktivitas  community development dan
dapat dikomunikasikan kepada stakeholders.
Kesimpulan
Kesuksesan mengkomunikasikan program CSR ditentukan oleh penayangan isu-isu
yang dikemas secara menarik di suatu media komunikasi yang tepat. Pemilihan
media komunikasi yang tepat ini menjadi sarana untuk mengkomunikasikan
program CSR dengan mempertimbangkan berbagai kekuatan dan kelemahannya,
serta didukung oleh kemampuan dana perusahaan. Program CSR dapat memiliki
dampak yang positif untuk meningkatkan citra perusahaan bila kegiatannya
dilakukan secara kontinyu, terukur, dikelola dengan baik, serta berorientasi internal
maupun eksternal. Kegiatan CSR yang dilakukan secara terus-menerus merupakan
salah satu cara  untuk mencegah krisis melalui peningkatan citra perusahaan di
benak stakeholders.
Daftar Referensi:
Majalah Bisnis & CSR, 2010. Reference For Decision Maker. Latofi Enterprise.
Majalah Marketing, 2007.  Inspiring The leadership. Edisi
no.11/VII/November/2007.
Mukti Fajar, 2010. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Studi
tentang Penerapan Ketentuan CSR pada Perusahaan Multinasional,
Swasta Nasional&BUMN di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Reza Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibility, Antara Teori dan
Kenyataan. Jakarta: MedPress.Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun III/01/2011
ISSN : 2085 1979                                                                                                   63
Solihin, Ismail. 2009.  Corporate Social Responsibility: From Charity to
Sustainability. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Susanto, A.B. 2009.  Reputation-Driven, Corporate Social Responsibility,
Pendekatan Strategic Management  dalam CSR. Jakarta: Esensi
Erlangga Grup.
Yusuf, Eva Zhoriva & Lesley Williams. 2007. Manajemen Pemasaran, Studi
Kasus Indonesia. Seri Manajemen Pemasaran no. 16, Lembaga Manajemen
PPM dengan Penerbit


writed:
Suherman Kusniadji
*
email : hermankusniadji@gmail.com

2 komentar:

  1. saya memberikan pujian kepada mr pedro cukup atas bantuannya dalam mengamankan pinjaman untuk membeli rumah baru kami untuk keluarga kami. pedro adalah kekayaan informasi dan dia membantu mendidik saya dan keluarga saya mengapa pinjaman rumah adalah pilihan terbaik untuk situasi khusus kami. setelah berunding dengan pedro jerome dan penasihat keuangan kami semua orang setuju bahwa pinjaman rumah adalah solusi yang tepat. Anda dapat menghubungi mr pedro jerome jika Anda juga mencari pinjaman apa pun di email / email whatsapp: pedroloanss@gmail.com whatsapp: +1-8632310632

    BalasHapus